Rabu, 15 April 2009

Perang bangsa troya


Perang Troya, Antara Kenyataan dan Legenda

Jakarta, Rabu


Kirim Teman | Print Artikel
Istimewa
Achilles, pahlawan Yunani yang diperankan Brad Pitt dalam film Troy

Apakah kota Troy atau Troya benar-benar ada? Apakah Perang Troya sekedar mitos atau sungguh terjadi? Dan bagaimana dengan kesahihan cerita kuda Troya?

Pertanyaan-pertanyaan di atas muncul kembali seiring dengan hadirnya film "Troy" yang dibintangi Brad Pitt, Orlando Bloom, serta Eric Bana. Para arkeolog dan sejarawan kembali tergugah untuk menelaah keberadaan kota kuno Troya dan cerita-cerita yang menjadi inspirasi film tersebut.

Dalam sajak-sajak Yunani berjudul "Iliad" yang menjadi akar cerita Troy, diceritakan Pangeran Paris dari Troya menculik putri cantik jelita, Helen, dari suaminya, raja Sparta, Menelaus. Hal itu menyebabkan berang Raja Agamemnon dari Yunani (Mycenae), yang juga saudara Menelaus. Agamemnon akhirnya memerintahkan ekspedisi penghancuran Troya yang dipimpin seorang pejuang bernama Achilles (diperankan Brad Pitt).

Perang selama sepuluh tahun itu diwarnai berbagai intrik dan kisah-kisah yang tak kalah menarik. Dalam Iliad, dilukiskan betapa Troya sangat sulit ditaklukkan karena bentengnya yang kokoh dan prajurit-prajuritnya yang gagah berani.

Namun benteng itu akhirnya berhasil diterobos setelah tentara Yunani berpura-pura pergi dan meninggalkan patung kuda kayu raksasa sebagai hadiah bagi bangsa Troya agar tidak menghambat kepergian mereka. Patung kuda itu --dikenal sebagai Trojan Horse-- sesungguhnya berisi prajurit-prajurit Yunani bersenjata lengkap. Setelah patung ditarik masuk ke dalam benteng, keluarlah para prajurit yang lalu membunuh para penjaga dan membuka benteng bagi pasukan Yunani.

Sejarah atau khayalan?

Istimewa
Patung kuda Troya, disusupi prajurit agar bisa menembus benteng kota.
Betapapun indah karya itu, sekali lagi, kebenarannya sebagai sejarah terus dipertanyakan. Homer, sang penyair, diperkirakan menuliskan Iliad pada abad ke delapan atau sembilan sebelum Masehi, beberapa ratus tahun setelah perang Troya meletus. Oleh sebab itu, kebanyakan dari tulisannya dipastikan berisi khayalan semata. Sebagai contoh, sejauh ini tidak ada bukti apapun mengenai keberadaan Achilles, bahkan Helen.

Meski demikian, banyak peneliti dan ahli sejarah setuju bahwa Troya bukan sekedar kota rekaan, melainkan benar-benar ada, dan Perang Troya sungguh terjadi.

Arkeolog-arkeolog yang "menggali" mitos yang berada di deretan sajak-sajak Homer bahkan mengambil kesimpulan bahwa perang legendaris itu merupakan sebuah proses yang panjang, dan bukan sekedar peristiwa tunggal.

"Bukti-bukti arkeologi dan teks menunjukkan bahwa Perang Troya terjadi berurutan, dan Homer memilih menuliskan beberapa bagiannya dan membuatnya sebagai cerita berdurasi sepuluh tahun," kata Eric Cline, ahli sejarah dan arkeolog di Universitas George Washington di Washington, D.C.

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah dimanakah letak Troya? Bila memang terjadi peperangan besar, bangsa mana sajakah yang berperang dengan Troya? Apakah bangsa Yunani seperti yang diceritakan Homer? lalu yang tidak kalah penting, apakah penyebab perang Troya? Benarkah karena penculikan Helen seperti diceritakan dalam Iliad?

Sembilan kota

Istimewa
Reruntuhan kota di Hissarlik yang diduga sebagai kota Troya.
Di barat laut Turki, tepatnya di sebuah tempat bernama Hisarlik (berarti tempat benteng), seorang petualang Jerman, Heinrich Schliemann pada tahun 1870 sempat menggali puing-puing yang diyakini sebagai bekas kota Troya. Situs itu ternyata mengandung sisa-sisa peninggalan sembilan kota yang dibangun satu di atas lainnya. Di bagian tengahnya ada sebuah benteng, sedangkan perumahan dibangun di sekitarnya. Sebuah tembok tinggi ditemukan memperkuat kota tersebut.

Karena ingin menemukan harta karun Troya yang legendaris, Schliemann kemudian menggali kota kedua, dimana ia menemukan apa yang diyakininya sebagai permata-permata Helen. Namun penelitian selanjutnya menyimpulkan bahwa permata-permata itu malahan seribu tahun lebih tua dibandingkan waktu yang disebutkan Homer dalam ceritanya.

Berdasakan penelitian, arkeolog-arkeolog masa kini justru menduga lapisan kota ke-enam dan ke-tujuh yang ditemukan di Hisarlik-lah yang mungkin merupakan kota Troya dalam cerita Iliad.

Terlihat indah dan kokoh, kota ke-enam lebih cocok seperti gambaran Homer tentang Troya. Masalahnya adalah bahwa penyebab runtuhnya kota itu tahun 1250 sebelum Masehi sepertinya bukan karena peperangan, tapi karena gempa bumi.

Namun cerita Homer barangkali memberi petunjuk tersembunyi. Dalam sajak Iliad, disebutkan orang-orang Yunani menerobos dinding kota dengan cara bersembunyi di patung kuda raksasa, yang mereka berikan sebagai hadiah bagi warga Troya. Kuda Troya ini mungkin melambangkan Poseidon, dewa lautan dan gempa bumi yang diasosiasikan dengan kuda.

"Dugaannya adalah Homer mengumpamakan gempa bumi sebagai kekuatan Poseidon, yang digambarkan dalam wujud kuda," kata Cline. "Ia tentu saja tidak ingin mengakhiri cerita monumentalnya dengan akhir seperti itu (gempa bumi), sehingga ia mereka-reka cerita kuda Troya."

Sementara itu, kota ke-tujuh di situs penggalian, justru lebih sesuai dengan lukisan mengenai sebuah kota yang hancur karena peperangan tahun 1175 sebelum Masehi. Para arkeolog menemukan ujung-ujung anak panah di bekas jalanan kota. Namun kota ini tidak sebesar yang digambarkan Homer.

"Homer mungkin mengambil deskripsi situasi dari kota ke-enam, dan kondisi kehancuran kota ke-tujuh, lalu menggunakan syair-syair puitis menggabungkan keduanya dalam cerita peperangan selama sepuluh tahun," ujar Cline berteori.

Karena Helen?

Istimewa
Pasukan Yunani yang diangkut seribu kapal mendarat di Troya.
Kembali mengenai penyebab perang, sepertinya alasan politis lebih masuk akal memunculkan perang dibanding karena memperebutkan seorang putri.

Di akhir jaman perunggu, Troya, bila memang terletak di Hisarlik, pastilah merupakan lokasi menguntungkan bagi raja-raja yang haus kekuasaan.

Berada di bagian atas pintu masuk Laut Hitam, kota itu pastilah menjadi jalur pelayaran internasional. Bayangkan saja, kerajaan Mycenaean Yunani berada di barat, sedangkan kerajaan Hittite, yang membentang dari Mesopotamia hingga Syria berada di timur. Kapal-kapal kedua kerajaan itu bisa saja ditarik pajak oleh Troya bila ingin lewat Laut Hitam.

"Akan sangat menguntungkan bagi bangsa Yunani bila bisa menguasai Troya," kata Cline. "Oleh sebab itu, perang yang meletus mungkin terjadi karena alasan klasik, yaitu untuk memperoleh keuntungan ekonomi, kekuasaan, wilayah, dan agar bisa mengendalikan jalur perdagangan."

Menurut para arkeolog, penjelasan di atas jauh lebih masuk akal dibanding apa yang dituliskan Homer dalam Iliad, bahwa perang terjadi untuk memperebutkan Helen, perempuan paling cantik di dunia.

Walau demikian, alasan Homer itu bukan tidak mungkin. Sejarah menyebutkan adanya peperangan yang terjadi karena keinginan seorang raja untuk mengawini seorang putri, atau sebaliknya. Pada abad 14 sebelum Masehi misalnya, Ratu Mesir meminta Raja Hittite agar mengirimkan salah seorang putranya untuk dijadikan suami.

Permintaan itu dipenuhi dan Raja Hittite dengan mengirimkan putranya ke Mesir. Tetapi dalam perjalanan, putra raja itu terbunuh. Menduga bahwa pembunuhnya adalah orang Mesir, Raja Hittite segera menyatakan perang dengan Mesir.

"Bila Hittite dan Mesir bisa berperang karena kematian putra raja, mengapa orang Yunani dan orang Troya tidak berperang seratus tahun kemudian dengan alasan istri raja diculik?" kata Cline. "Benar atau tidak, yang jelas alasan inilah yang membuat cerita Perang Troya menjadi menarik. Sayang sekali sejauh ini tidak ada data yang mendukungnya." (nationalgeographic/wsn)

Berita Lain
18/05/2004, 20:50 wib
• Dengan Chip di Tubuh, Bayar Tak Perlu Antre
18/05/2004, 19:03 wib
• Segera Muncul, Ponsel yang Bisa Terima Siaran TV
18/05/2004, 18:23 wib
• Alcatel Kembangkan Satelit Oceanographic

Tidak ada komentar: