Rabu, 01 Juli 2009

biografi Benazir Bhutto


perempuan ini adalah Benazir Bhutto (lahir di Karachi, 21 Juni 1953 – wafat di Rawalpindi, Pakistan, 27 Desember 2007 pada umur 54 tahun) adalah perempuan pertama yang memimpin sebuah negara Muslim di masa pasca-kolonial. Bhutto yang karismatis terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan pada 1988, namun 20 bulan kemudian ia digulingkan oleh presiden negara itu yang didukung militer, Ghulam Ishaq Khan, yang secara kontroversial menggunakan Amandemen ke-8 untuk membubarkan parlemen dan memaksa diselenggarakannya pemilihan umum. Bhutto terpilih kembali pada 1993 namun tiga tahun kemudian diberhentikan di tengah-tengah berbagai skandal korupsi oleh presiden yang berkuasa waktu itu, Farooq Leghari, yang juga menggunakan kekuasaan pertimbangan khusus yang diberikan oleh Amandemen ke-8

Latar Belakang

Bhutto telah memlilih untuk mengasingkan dirinya sementara kasus-kasusnya dibiarkan menunggu peresmian di pengadilan Pakistan dan pengadilan asing.[10] Setelah delapan tahun pengasingan diri di Dubai dan London, Bhutto kembali ke Karachi pada tanggal 18 Oktober 2007 untuk mempersiapkan dirinya menghadapi Pemilu 2008, yang diizinkan dengan dimungkinkannya penyamarataan kekuasaan dengan Presiden Pervez Musharraf.[7][11]

Beliau selamat dari percobaan pembunuhan yang diarahkan pada dirinya pada kepulangannya yang mengakibatkan 139 orang meninggal dan ratusan lainnya terluka.[12] Dalam perjalanannya ke iring-iringan di Karachi pada tanggal 18 Oktober 2007, dua ledakan terjadi sesaat setelah pesawat yang ditumpangi Bhutto mendarat dan Bhutto meninggalkan Bandara Internasional Jinnah sekembalinya dari pengasingan.[13] Bhutto tidak terluka, namun ledakan tersebut, yang ternyata merupakan bom bunuh diri, berhasil membunuh 139 orang dan melukai sekurangnya 450 lainnya.[13][14] Di antara yang meninggal ialah 50 orang anggota sekuriti dari partainya (PRP), yang membentuk tembok manusia di sekeliling truknya untuk menjaga dari mereka yang kemungkinan akan mengebom, dan juga enam orang polisi.[15] Beberapa pejabat tinggi juga terluka dalam kejadian itu. Bhutto berhasil lolos tidak terluka dari kejadian itu.[15]

[sunting] Detil Kejadian

Benazir Bhutto baru saja berpidato di hadapan pendukung Partai Rakyat Pakistan (PPP) di kota Rawalpindi ketika iring-iringan partainya diguncang oleh ledakan bom. Bhutto disebutkan baru saja meninggalkan iring-iringan ketika ledakan itu terjadi.[1][7] Dua pengendara sepeda motor melepaskan tembakan ke arah SUV milik Bhutto dengan menggunakan senjata AK-47 tepat ketika mobilnya hendak meninggalkan tempat kejadian. Pada saat yang bersamaan, seorang pengebom bunuh diri meledakkan diri di samping kendaraannya. Hingga sekarang masih belum jelas kalau kematiannya diakibatkan oleh ledakan itu sendiri atau tembakan para penembak.[rujukan?]

Rahman Malik, salah seorang penasihat keamanan Partai, berspekulasi bahwa sang pembunuh melepaskan tembakan sesaat setelah Bhutto meninggalkan iring-iringan, mengenai dada dan lehernya, sebelum meledakkan diri. Malik menyalahkan pemerintah yang gagal mengamankan Bhutto.[16]

Beliau dibawa dalam keadaan tidak sadar ke RSU Rawalpindi. Sebanyaknya 20 orang terbunuh dalam ledakan tersebut.[9] Juru bicara PRP Farhatullah Babar awalnya mengumumkan bahwa Bhutto baik-baik saja. Kematian Bhutto diumumkan pada pukul 18:16 PST (13:16 GMT).[7]

[sunting] Investigasi

Masih belum diketahui apakah akan diadakan investigasi untuk terlibatnya pihak ketiga, walaupun hal ini sudah disarankan oleh Gedung Putih[17], dan juga Partai Rakyat Pakistan, partai politik Bhutto.[18].

[sunting] Akibat langsung

Setelah kematian Bhutto, para pendukung menangis dan memecahkan pintu kaca Rumah Sakit, dan terus-menerus melantunkan "Anjing, Musharraf, anjing" di luar RS, dengan memaksudkan Presiden Musharraf.[7] Beberapa grup oposisi mengatakan bahwa pembunuhan itu bisa mengakibatkan perang sipil, dan komentator lain berkata bahwa pemilu yang akan datang kemungkinan akan ditunda.[19]

[sunting] Reaksi di Pakistan

[sunting] Pemerintah

Menurut televisi negeri, Musharraf mengadakan pertemuan kabinet darurat setelah beliau menerima kabar ledakan itu; beliau pun berpidato pada negara, berkata bahwa "Kami tidak akan beristirahat sampai masalah ini terselesaikan dan semua elemen terorisme sudah diberantas. Hanya dengan cara inilah bangsa ini bisa maju ke depan, karena kalau tidak maka hal ini akan menjadi batu sandungan terbesar bagi kemajuan bangsa kita."[20] Polisi Pakistan menyarankan masyarakat untuk tinggal di rumah; karena kemungkinan besar akan terjadi peningkatan dalam aktivitas huru-hara dan kerusuhan sebagai akibat langsung kematian Bhutto.[9]

Mahmud Ali Durrani, Duta Besar Pakistan untuk Amerika Serikat, menyatakan kematian Bhutto sebagai "tragedi nasional," dan menyebutkan bahwa "...kita telah kehilangan salah seorang yang penting, sangat penting dan, saya tekankan di sini, pemimpin yang liberal."[9]

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Presiden Pakistan Pervez Musharraf secara keras mengutuk pembunuhan Bhutto, dan mengumumkan tiga hari berkabung nasional dengan semua bendera nasional dinaikkan setengah tiang.[21]

[sunting] Oposisi

Pemimpin oposisi Pakistan Nawaz Sharif adalah pemimpin politik pertama yang tiba di Rumah Sakit dan menyatakan solidaritasnya pada keluarga Bhutto dan para pekerja politik, mengatakan bahwa beliau sendiri akan "melanjutkan perang anda [Bhutto] dari titik ini", dan beliau juga berbagi rasa dukacita dengan "seluruh negeri," dan bahwa "ini bukanlah hari yang meyedihkan, ini adalah hari yang paling gelap di seluruh sejarah bangsa ini. Sesuatu yang tidak pernah kita duga sebelumnya telah tejadi. Sesuatu yang tidak mudah dimengerti, namun merupakan sebuah realita yang harus kita hadapi bersama

dari wikipedia

Tidak ada komentar: