Selasa, 02 Juni 2009

cara dan tips budidaya enceng gondok

anda sudah kenal dengan enceng gondok?
Biasanya bisnis berbasis eceng gondok untuk pembuatan ayaman tikar, tas ataupun furniture seperti kursi, lebih sering ditemukan didaerah-daerah, karena ini merupakan bisnis usaha kecil terutama home industri. Skillnya pun sangat terbatas hal ini disebabkan perlunya ketelitian daan kelenturan jari-jari dalam mengayam serat-serat eceng gondok menjadi sekumpulan serat.

Selain itu kesabaran perlu diperhatikan, karena eceng gondok yang basah haruslah dikeringi terlebih dahulu untuk diambil seratnya. Ambil contoh dibebarapa dusun daerah Lamongan, disitu kita dapat melihat masyarakat setempat membudidayakan tanaman eceng gondok sebagai bahan pembuatannya.

Upaya mendayagunakan gulma ini menjadi pemandangan khas Dusun Pengaron, Pengumbulanadi Tikung, Lamongan.

Lalu bagaimana mengembangkan usaha ini? Sukandar sebut saja namanya, seorang pengrajin eceng gondok
di daerah Jawa Timur, dirinya dalam mengawali bisnis ini, hanya sekedar coba-coba saja diawali dengan melihat serat yang dimiliki eceng gondok, sangat baik dan kelenturan serta ketebalannya berbeda dengan tanaman lainnya, yah dapat dikatakan seperti rotan.

Baginya untuk memulai usaha ini memang perlu berfikir panjang, karena untuk membudidayakan eceng gondok tersebut membutuhkan perairan atau rawa-rawa yang sangat luas, sementara sekarang ini fasilitas tersebut sangat terbatas. Masalah lainnya keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha ini, hal tersebut juga dirasakan oleh para pengrajin lainnya.

Walaupun demikian, pengembangan usaha memang membutuhkan minimal investasi sekitar Rp.2-4 juta tergantung dari besar kecilnya usaha yang dibuka, biasanya modal tersebut untuk membeli bahan baku. Tingkat kesulitan dari usaha ini adalah lebih memperhatikan skill dan perolehan bahan baku yang baik. Bisnis kerajinan
eceng gondok menurut bapak 4 anak ini dibangun dengan modal awal Rp 2.000.000 yang digunakan untuk transportasi, membeli bahan, dan peralatan.

Mengenai sumber daya manusia yang mempunyai skill diakui memang sudah mulai berkembang pesat, perkembangan ini disebabkan adanya training atau pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh pemilik usaha. Dan penyebaran usaha ini sudah sangat meluas di daerah Jawa Timur.

Sekarang ini karyawan yang digunakan hanya 4-5 orang yang memang adalah dari keluarga sendiri, ungkap pria paruh baya tersebut. Tetapi kadang-kadang tetangga juga membantu bila ada permintaan yang banyak, terutama dari Jakarta yang menginginkan furniture dan anyaman tas dari eceng gondok, permintaan konsumen memang gampang-gampang susah.

Peluang bisnis yang satu ini memang sekarang ini sangat diminati dan mulai dilirik negara-negara dari luar, terakhir negara Mesir mencoba melakukan kerjasama dengan Pemerintahan Indonesia dalam bisnis eceng gondok ini. Pembicaraan serius telah dilakukan di Jakarta beberapa waktu yang lalu di dalam pertemuan Sidang ke–5 Komisi Bersama Indonesia-Mesir. Selain itu Mesir dan Indonesia sepakat kerja sama budidaya dan pengolahan eceng gondok di Sungai Nil, Mesir. Kesepakatan dicapai dalam pertemuan Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali dengan Menteri Kerja Sama Internasional Mesir Fayza Aboulnaga.

Belakangan ini, kombinasi kayu, rotan, dan eceng gondok justru banyak diminati, terutama konsumen di Australia dan Eropa. Alasan konsumen di dua benua itu sederhana saja, mereka mencari keunikan dari sebuah produk kerajinan tangan. Produk eceng gondok layak dikategorikan sebagai produk unik. Hal ini merupakan peluang besar bagi para pengrajin mebel dan produk suvenir lainnya untuk mengisi pasar ekspor mengingat eceng gondok mudah
tumbuh di danau, sungai, dan parit di Indonesia.

Apabila produk eceng gondok ini diolah menjadi produk kerajinan, keuntungan yang dapat diraup produsen sangat menggiurkan. Sebagai contoh, satu kursi tamu bisa dihargai Rp 3 juta-Rp 20 jutaan. Semua tergantung ukurannya. Nilai jual setinggi itu belum termasuk produk aksesori lain, yakni meja tamu dan lampu hiasnya. Seperti diketahui usaha ayaman dari eceng gondok ini sudah terdapat di Kota Jakarta, Bali. Harga yang diperjual belikan cukup
bervariasi, tas-tas yang diproduksi dijual dengan harga minimal Rp.15.000-RP.20.000.

dari http://www.portalhr.com/majalah/edisisebelumnya/bisnis/1id647.html

Tidak ada komentar: