Rabu, 27 Mei 2009

kelompok macan tamil di Srilanka makin terdesak


yaitu Puluhan ribu warga sipil berhasil menyelamatkan diri dari zona perang Sri Lanka, Rabu (22/04), ketika militer dan kelompok perlawanan Macan Tamil LTTE bertempur habis-habisan. Kelompok Macan Tamil dikabarkan terdesak hingga ke tempat persembunyian terakhirnya.

Di hari ketiga pertempuran, militer meledakkan benteng Pasukan Pembebasan Macan Tamil Eelam (LTTE) dan membebaskan warga sipil yang disandera. Menurut keterangan militer Sri Lanka, setidaknya 95.000 warga sudah terdaftar di pos transit menuju kamp pengungsi. Namun sejauh ini, hanya 7500 warga yang berhasil mencapai pusat penampungan pengungsi di Jaffna dan Vavuniya.

Rabu (22(04) pagi waktu setempat, militer berhasil menguasai kembali 30 persen wilayah yang diduduki kelompok Macan Tamil, yang oleh militer dinyatakan sebagai zona demarkasi hingga serdadu masuk ke wilayah itu dan menjadikannya sebagai medan terakhir perang konvensional.

Juru bicara kementerian pertahanan Sri Lanka Keheliya Rambukwella kepada media mengatakan bahwa wilayah kekuasaan kelompok Macan Tamil saat ini tersisa 13 km persegi, setelah militer menguasai jalur utara-selatan pesisir pantai dan membagi dua kantung wilayah persembunyian kelompok Macan Tamil.

Juru bicara militer Brigadir Udaya Nanayakkara kepada kantor berita Reuters Rabu (22/04) menyatakan bahwa pertempuran masih berlangsung dan operasi pembebasan warga berlanjut. Nanayakkara juga menyatakan kepada media bahwa mantan juru bicara Macan Tamil yang dijuluki Daya Master dan seorang penerjemah sayap militer Macan Tamil yang dikenal sebagai George, menyerahkan diri ke militer.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok bantuan kemanusiaan menyerukan agar kedua pihak menghentikan pertempuran, agar warga sipil diberi kesempatan untuk menyelamatkan diri.

Pemimpin penugasan Palang Merah Internasional di Sri Lanka, Pierre Krähenbühl, di Jenewa, Selasa lalu (21/04), menggambarkan kondisi warga sipil di daerah konflik di Sri Lanka dengan, "Sangat gawat. Pertempuran yang berlangsung beberapa hari terakhir ini menewaskan atau melukai ratusan warga sipil yang punya akses sangat terbatas menuju pelayanan medis. Kami yakin, ada banyak sekali warga terluka yang sangat memerlukan pengobatan segera atau evakuasi dari zona demarkasi."

Warga sipil dalam jumlah besar di wilayah demarkasi dijadikan benteng hidup terakhir kelompok Macan Tamil, yang menolak seruan berulang kali PBB, pemerintah negara barat dan negara tetangga India untuk membebaskan warga. Kelompok Macan Tamil juga menolak seruan pemerintah di Kolombo untuk menghentikan sementara pertempuran selama dua hari.

Pemerintah Sri Lanka kemudian juga menolak permintaan Macan Tamil dan dunia internasional untuk memperbarui perjanjian gencatan senjata dan mengatakan bahwa mereka tidak membiarkan Macan Tamil menambah pasokan senjata.

Operasi militer pembebasan warga sipil dimulai Senin lalu (20/04). Di hari berikutnya, pertempuran semakin sengit karena kelompok Macan Tamil mengabaikan batas ultimatum untuk menyerah, meski terus terdesak oleh militer.

dari http://dw-online.info/dw/article/0,,4198109,00.html

Tidak ada komentar: