Sabtu, 23 Mei 2009

cara dan tips budidaya JERUK BALI


Kulit buah bagian luar berwarna hijau saat muda dan setelah tua berubah menjadi kekuning-kuningan. Keadaari kulitnya lebih tipis dibanding jeruk lainnya. Daging buahnya berwarna merah muda dengan rasa manis, teksturnya halus, dan berair banyak. Daging buahnya sangat rapat satu dengan lainnya. Jumlah bijinya sedikit, bahkan ada yang tidak berbiji sama sekali. umumnya tinggi pohon antara 515 m. Tajuk pohon agak rendah dan melebar dengan percabangan tidak teratur. Ujung percabangan biasanya merunduk. Garis tengah batang antara 10-30 cm. Kulit batang agak tebal dan berwarna cokelat kekuningan. Seperti spesies jeruk lainnya, cabang dan ranting jeruk besar pun bersudut saat masih muda dan membulat saat tua. Keadaan batangnya ada yang berduri dan ada yang tidak berduri. Namun, biasanya duri tersebut ada pada tanaman yang berasal biji dan masih muda. Setelah dewasa duri-duri tersebut biasanya hilang. Daun tanaman ini berwarna hijau kuning agak suram dan berbulu. Akan tetapi, daun yang masih muda kebanyakan tidak berbulu. Bentuknya bulat telur dengan ujung tumpul dan letaknya terpencar-pencar. Tepi daun agak rata, tetapi dekat ujungnya agak berombak. Tangkai daun bersayap lebar berwarna hijau kekuningan. Bunga jeruk besar berupa bunga majemuk atau bunga tunggal yang bertandan. Bentuknya agak besar dan berbau harum. Kelopak bunga membentuk lonceng dengan tajuk berjumlah 4-5. Benangsarinya tegak dan berberkas 4-5, jumlahnya 25-35. Bakal buah berbentuk bulat kerucut dengan jumlah biasanya dua buah.

Manfaat

Daging buah jeruk bali yang segar serta banyak mengandung air dimakan langsung setelah dikupas dengan tangan atau dicampur dalam rujak; kadang-kadang sari buahnya diekstrak. Bagian dalam kulit buah yang berwarna putih dapat dijadikan manisan setelah dibuang bagian kulit luarnya yang banyak mengandung kelenjar minyak. Di Vietnam, bunganya yang harum digunakan untuk membuat parfum. Kayunya dimanfaatkan untuk gagang perkakas. Pohon jeruk bali yang kualitas buahnya rendah pun masih tetap dipelihara untuk dimanfaatkan daun, bunga, buah, dan bijinya untuk obat batuk, demam, dan gangguan pencernaan.

Syarat Tumbuh

Jeruk dapat tumbuh di sembarang tempat. Namun, tanaman ini akan memberikan hasil optimum bila ditanam di lokasi yang sesuai. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini yaitu dataran rendah sampai 700 m di atas permukaan laut. Sedangkan yang ditanam di atas ketinggian tersebut rasa buahnya lebih asam. Suhu optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya berkisar antara 25-30° C. Sedangkan sinar matahari harus penuh agar produksinya optimum. Tanah yang disukai tanaman jeruk ialah jenis tanah gembur, porous, dan subur. Kedalaman air tanahnya tidak lebih dari 1,5 m pada musim kemarau dan tidak boleh kurang dari 0,5 m pada musim hujan. Tanah tidak boleh tergenang air karena akar akan mudah terserang penyakit. Tanah yang baik untuk tanaman jeruk harus ber-pH 5-6. Curah hujannya yang cocok berkisar antara 1.000-1.200 mm per tahun dengan kelembapan udara 50-85%.

Pedoman Budidaya

Walaupun banyak pohon jeruk bali yang dipelihara di pekarangan, ditumbuhkan dari benih, cara perbanyakan yang umum di Asia Tenggara adalah melalui cangkokan. Jika tersedia pohon induk yang bersertifikat bebas virus, dianjurkan cara perbanyakan melalui sambungan. Semai jeruk bali yang populasinya cukup seragam dapat digunakan sebagai batang bawah. Di Filipina, penyambungan bertameng (shield budding) telah menjadi cara perbanyakan baku, dengan menggunakan batang bawah 'calamandarin' (yang dianggap sebagai silangan antara 'calamondin' dan 'mandarin'). Jarak tanamnya (8-10) m x (6-8) m, bergantung kepada vigor tanaman dan kepada baik-tidaknya pengolahan lahan; tanaman baru ini dinaungi dan disiram berkali-kali sampai tumbuh secara mapan. Bahan perbanyakan ini dipotong lagi, jika ternyata tidak tumbuh akar.

Pemeliharaan

Di Asia Tenggara, jeruk bali dipelihara di pekarangan atau di kebun jeruk yang ditumpangsarikan atau monokultur, contoh yang terakhir ini dijumpai di Thailand dan Filipina. Pencampuran berbagai jenis jeruk akan menyulitkan perlindungan tanaman di kebun jeruk. Pisang sebagai tanaman tumpang sari dapat menjadi penahan angin, naungan, dan sumber penghasilan awal. DI Thailand, pohon pinang (Areca catechu) juga dijumpai sebagai tanaman tumpang sari, atau sebagai tanaman pinggiran, sepanjang selokan, yang di lahan itu jeruknya sendiri ditanam pada guludan yang ditinggikan (di Provinsi Nakhon Prathom). Tanaman jeruk yang masih muda dipangkas dengan disisakan 3 cabang kerangka utama, yang terbawah berjarak 30-40 cm dari permukaan tanah. Pohon jeruk bali ini juga memerlukan pemangkasan lagi pada tahun-tahun berikutnya agar bagian dalam pohon dapat terbuka, untuk meyakinkan agar buahbuah yang berada di cabang-cabang yang menjuntai tidak akan menyentuh permukaan tanah; pemangkasan ini juga dimaksudkan untuk membuang cabang-cabang yang mati. Pohon yang berbuah baik hendaknya ditunjang oleh tiang bambu. Tanaman penutup tanah pada tahap tertentu dapat menekan gulma, tetapi pada musim hujan gulma itu perlu dibabat; pada awal musim kemarau, kebun jeruk itu dibajak atau disemprot dengan herbisida. Pemberian mulsa di bawah pohon jeruk menggunakan jerami atau bahan lain dianjurkan sekali untuk mempertahankan pertumbuhan akar yang berada di tanah lapisan atas. Pengairan penting sejak sebelum pohon berbunga sampai setelah buah dipanen, sebagai pengganti air hujan. Selama periode kering berikutnya, pengairan dihentikan sampai pohon itu memperlihatkan tanda-tanda layu. Hal ini biasanya dilakukan untuk memaksa pembungaan awal dengan cara mengairi tanaman yang layu, asalkan pasokan air itu dapat dijamin kelangsungannya sampai musim hujan mulai lagi. Memaksa pohon untuk memajukan panen ada kejelekannya, yaitu sutit untuk mempertahankan pertumbuhan pucuk baru dan pembungaan pada bulan-bulan panas dan kering setelah jatuhnya hujan kembali. Kebutuhan pemupukan untuk jeruk pada umumnya berlaku pula untuk jeruk bali, mencakup perhatian terhadap magnesium dan hara renik (Zn, Mn, Cu, dan B). Pemupukan dengan pupuk kandang setahun sekali atau dua tahun sekali akan menjadi dasar yang balk. Di Nakhom Prathom (Thailand), petani jeruk dianjurkan untuk memupuk sebanyak 5 kg NPK (16-16-16) per pohon per tahun dengan pemberian dua bulan sekali, dan pemupukan daun pada setiap habis munculnya daun secara serempak. Pada pemupukan terakhir sebelum dipanen, NPK (13-13-21) yang kaya akan kalium digunakan untuk memperbaiki rasa buah. Di berbagai tempat dianjurkan pemupukan sebanyak 2 kali, yaitu yang pertama sebelum berbunga dan yang kedua 4-6 bulan kemudian.

Hama dan Penyakit

Jeruk bali terutama rentan terhadap kanker bakteri, juga pada buah setelah ditusuk oleh lalat buah. Penyemprotan berulang-ulang dengan fungisida tembaga di Thailand tidak memberikan hasil pemberantasan yang memadai. Penyakit busuk akar, 'gummosis' di pangkal batang, dan busuk coklat pada buah, kesemuanya ini disebabkan oleh jamur Phytophthora, tampaknya memperpendek umur sebagian besar pohon jeruk bali di Asia Tenggara, walaupun jeruk ini tidak digolongkan sangat rentan. Semua hama jeruk tampaknya menyerang jeruk bali, termasuk penggerek daun yang berbahaya, Phyllocnistis citrella (di Jawa dianjurkan untuk melindungi potion muda dengan kelambu!), ulat pemakan daun, ulat penggerek buah (Citripestis sp.), kutu perisai merah, lalat buah, nematoda, dan tikus. Panen Kulit buah yang kusam pada saat buah masih muda akan menjadi cerah setelah matang, karena kelenjar-kelenjar minyak di kulit itu menjadi lebih kentara dan lebih berkilap. Perubahan ini berawal di ujung buah; jika berlanjut ke arah tangkainya, buah itu akan mencapai rasa enak yang sempurna dan siaplah untuk dipetik.

Panen dan Pasca Panen

Pada buah yang terlampau matang kantung airnya (daging buah) akan menjadi kasar dan kering (seperti nasi mentah). Buah yang dipetik pada saat awal pematangan sedikit memperbaiki keadaaan selama penyimpanan (1-2 bulan), dan cocok untuk dikirim ke pasar yang jauh. Dengan adanya kulit buah yang tebal, buah jeruk bali dapat dikapalkan melintasi lautan tanpa perlu disimpan dl dalam ruang berpendingin.

dari http://iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=189

Tidak ada komentar: