Temperatur harian berkisar antara 20 – 29 derajat Celcius, dengan kelembaban relatif berkisar antara 68 – 80 %. Curah hujan harian pada Tahun 2002 di Kabupaten Sumedang berkisar antara 1.500 – 2.200 mm/tahun.
Populasi kambing di Kabupaten Sumedang mencapai 29.144 ekor yang tersebar di seluruh kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Sumedang. Lima kecamatan yang memiliki populasi kambing terpadat secara berturut-turut adalah 1) Kecamatan Jatigede sebanyak 3.686 ekor, 2) Cimanggu 3.461 ekor, 3) Rancakalong 3.403 ekor, 4) Buahdua 2.635 ekor, dan 5) Cimalaka 1.858 ekor. Daerah yang diamati untuk tulisan ini adalah Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang, dengan dasar pertimbangan bahwa di Kecamatan Cimalaka merupakan daerah terpadat untuk populasi Kambing PE di seluruh wilayah Kabupaten Sumedang.
Peta daerah Kabupaten Sumedang berikut populasi kambing, kecamatan yang memiliki populasi kambing terpadat, serta daerah yang dijadikan pengamatan (daerah yang diarsir), disajikan pada Ilustrasi 1 berikut ini.
Keberadaan Kambing PE di Kecamatan Cimalaka di awali dengan adanya usaha untuk memanfaatkan lahan kritis, akibat dibukanya daerah penambangan pasir Kecamatan Cimalaka dan daerah di sekitarnya. Kegiatan pemanfaatan lahan kritis tersebut dipelopori oleh seorang petani pelestari lingkungan, yaitu Uha Juhari dari Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka.
Tahun 1983 Uha Juhari membeli lahan kritis sisa dari galian pasir Tipe C di Desa Cibeureum Wetan seluas kurang lebih 100 Bata atau sekitar 1.400 m2. Lahan tersebut berupa hamparan yang dipenuhi oleh batuan tanpa lapisan top soil, sehingga tanaman apa pun akan sangat sulit tumbuh di lahan kritis tersebut, akibatnya lahan yang sudah dimiliki tidak dapat langsung digarap, karena diperlukan modal dan kerja keras yang luar biasa, untuk reklamasi lahan dengan cara tradisional agar lahan tersebut menjadi produktif kembali.
Tahun 1985 atau pada tahun ke dua setelah lahan dikuasai oleh Bapak Uha, selanjutnya pada lahan kritis tersebut mulai ditanami pohon leguminosa yang mudah tumbuh, yaitu tanaman gamal (Gliricidia sepium), walaupun pertumbuhan tanaman sangat lambat dan tersendat-sendat akibat tidak adanya lapisan tanah pada lahan yang sudah kritis.
Pemilihan penanaman gamal sebagai vegetasi pionir pada awalnya bertujuan untuk reklamasi lahan, sekaligus sebagai sebagai sumber hijauan pakan ternak dan sumber pupuk kandang, pupuk kandang diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai agen penyubur lahan yang sedang digarap. Pertumbuhan gamal yang mendekati pertumbuhan normal, akhirnya dapat dicapai setelah dua tahun dari masa penanaman, pada saat itu beberapa bagian lahan kritis yang telah ditanami mulai terlihat menghijau oleh tanaman gamal.
Tahun 1989 Uha Juhari memulai usaha dengan memelihara ayam kampung, namun usahanya tidak dapat bertahan lama dan dipandang kurang prospektif. Tahun 1990-an pemeliharaan ayam kampung dihentikan dan beralih memelihara kambing, jenis kambing yang dipilih untuk dipelihara adalah Kambing Peranakan Ettawa (PE).
Usahanya dimulai dengan membeli dua ekor Kambing PE yang terdiri atas seekor Kambing PE jantan dan seekor betina, selain itu dipelihara pula dua ekor Kambing PE betina melalui sistem gaduhan dari tetangganya, sehingga jumlah kambing yang dipelihara menjadi 4 ekor (satu ekor jantan dan tiga ekor betina).
Usaha dari kegiatan pemeliharaan kambing ternyata dirasakan memberi keuntungan yang cukup baik, karena hasil penjualan kambing dirasakan cukup memadai, selain itu dihasilkan pula susu kambing yang sangat baik untuk dikonsumsi, dan pupuk kandang yang dapat digunakan sebagai penyubur lahan, hal ini menambah keyakinan bahwa pemeliharaan Kambing PE dapat dijadikan salah satu mata pencaharian yang dapat diandalkan, oleh karena itu salah seorang puteranya dilibatkan langsung dalam usaha pemeliharaan Kambing PE di tempat yang sama.
Keberhasilan dalam beternak kambing ternyata banyak mengundang minat dari penduduk sekitarnya, sehingga banyak penduduk di Desa Cibeureum Kecamatan Cimalaka yang mengikuti jejak pendahulunya untuk memelihara kambing di lahan kritis tersebut sambil berusaha menyuburkan lahan bekas Galian C di sekitar desa setempat.
Keberadaan peternak kambing semakin lama semakin bertambah, dan akhirnya pada Tahun 1994 dibentuk Kelompok Ternak Kambing Simpay Tampomas, saat ini jumlah anggota Kelompok Tani Ternak Simpay Tampomas mencapai 24 peternak dengan rata-rata pemilikan kambing berkisar antara 5 – 30 ekor per peternak dengan total populasi berkisar antara 315 - 350 ekor (Sumber : Hasil wawancara antara Tim Peneliti dengan peternak Kambing PE Uha Juhari, Yaya Tahya, Sujana Kosim, serta tokoh warga setempat).
Semoga akan semakin banyak Peternak Kambing PE yang memiliki jiwa kepeloporan & kepedulian terhadap lingkungan hidup di muka bumi ini.
dari http://blogs.unpad.ac.id/domba_kambing/?p=17#comment-273
Selasa, 19 Mei 2009
PETERNAK KAMBING P.E.
Label:
Peternakan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Link Teman
- adhelina
- ADY EXPRESSION TERITORRY
- ady-inbox
- ajie gumelar
- all u know
- area usaha
- asalcom pasang iklan gratis tanpa daftar
- bit gallery Bebas Download
- blog mungil
- Blogger dari Purwodadi
- blogger indramayu
- fack and farcle
- faniza widya
- feumj
- iklan gratis
- iklan gratisan.cc
- iklan tehobeng
- iklan top tea
- iklan top.cc
- indo spiritual
- indobat
- internet incomeku
- Internet Marketing Indonesia
- irmagi.blog
- jacbferd16
- jacbferd88
- jamalbaharuns's blog
- kebo ello
- kuatza
- lerry060183 Weblogs
- mahawiraku
- norjik
- obbie afri
- pontianak asyik
- rakan blogger
- refill pulsa
- remo creativity
- siak bunga raya
- speech your m1nd
- sunatullah
- takaza
- tempatku berbagi.
- The Story
- tito-kun
- tukarlink1
- tukarlink1.b
- tukarlink11.b
- tukarlink2
- tukarlink3
- tukarlink4
- tukarlinkaku
- tukarlinks
- tukarlinktop.w
- tukarlinktop1.b
- tukeran link yuk
- tutorial7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar