Selasa, 19 Mei 2009

Penangkaran dan peternakan Belibis


Belibis yang lebih suka hidup berkelompok itu biasa mencari sisa-sisa gabah yang tertinggal di lahan sawah. Selain itu, bangsa unggas ini juga suka makan daun eceng gondok.

Walaupun bentuknya lucu dan menggemaskan, burung ini sulit sekali ditangkap. Belibis termasuk burung liar yang mencari makan malam hari, biasa disebut itik liar atau juga itik air. Sering dijumpai di persawahan, terutama setelah panen berakhir.

Namun, kini penampakan dan perilaku burung belibis itu bisa leluasa diamati di Desa Teluk Betung, Kecamatan Sungai Pandan, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan (Kalsel). Adalah Faturahim, warga desa itu, yang kini sukses menangkarkan burung belibis.

Faturahim yang lulusan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Amuntai tahun 1991 itu telah mematahkan anggapan selama ini bahwa burung belibis tidak bisa dibudidayakan. Kini pekarangan di samping rumahnya yang berbentuk panggung praktis menjadi kandang sekitar 3.000 ekor belibis tangkaran.

Ribuan burung belibis itu ditempatkan di penangkaran di samping rumah dengan ukuran kandang 10 x 6 meter. Rumah yang memang berada di rawa- rawa itu (rawa merupakan karakter umum tanah di Kalsel yang biasa ditempati sebagai tempat tinggal-Red) beserta pekarangannya dipasangi jaring agar belibis tidak kabur.

Di tengah kandang itu ada semacam rawa tempat para itik liar bermain, sementara di tepi rawa-rawa kecil buatan itu disediakan gundukan tanah tempat para belibis bersenda gurau. Ribuan belibis itu setiap hari berjejer di tepi rawa menunggu makanan gabah.

Belibis yang sudah berumur tiga bulan itu ditetaskan dari telur perkawinan alami antarbelibis di kandang itu tahun sebelumnya. Sebagian belibis merupakan pembesaran anak-anak belibis yang ditemukan di rawa kawasan Hulu Sungai Utara.

Faturahim mengatakan, hingga kini di wilayahnya belum ada peternak lain yang mengikuti jejaknya memelihara itik liar. "Orang-orang masih beranggapan memelihara belibis itu tidak mungkin dan pasti sulit," katanya.

USAHA unik yang hanya ada di Kalsel itu ditekuni Faturahim sejak tahun 2000 dan kini telah menghasilkan ribuan ekor belibis tangkaran. Pada mulanya usaha itu hanya pelarian Faturahim yang saat itu bekerja sebagai pengebor sumur.

"Jadi pengebor sumur itu kalau musim hujan sudah tidak terpakai lagi, menganggur. Karena itu, saya mulai berpikir bagaimana berbisnis yang menguntungkan," katanya.

Akhirnya Faturahim memilih beternak belibis karena dia tahu penggemar belibis goreng umumnya berasal dari kalangan menengah ke atas. Tentu saja ide bisnis itu ditertawakan orang lain mengingat selama ini belum ada yang berhasil memelihara apalagi menangkarkan belibis.

"Waktu itu saya coba dengan membeli belibis anakan yang ditangkap orang dari rawa. Modal saya tahun 2000 itu hanya Rp 20.000, saya belikan 41 anakan belibis," katanya.

Belibis itu kemudian dilepas di kandang jaring di samping rumahnya yang memang berawa-rawa. Setelah diberi makanan rutin gabah dan terkadang eceng gondok selama empat bulan, belibis-belibis betina itu pun bertelur.

"Dalam setahun, belibis hanya mengalami tiga kali musim bertelur. Setiap musim bertelur hanya menghasilkan tujuh sampai sembilan butir telur," kata Faturahim. Setelah itu belibis tersebut mengerami telur itu selama 21 hari, sama seperti ayam yang mengerami telurnya.

Dari penuturan Faturahim, ada perilaku unik pada masa perkawinan belibis. "Belibis itu ternyata tipe hewan yang sangat setia terhadap pasangannya. Satu pejantan hanya mau melayani satu betina, jadi tidak seperti itik yang satu ekor pejantan sehari bisa mengawini 10 ekor betina," paparnya.

Dari berbagai uji coba itu Faturahim semakin paham terhadap perilaku belibis dibanding itik yang yang biasa diternakkan warga di Kabupaten Hulu Sungai Utara. "Memelihara belibis itu ternyata lebih mudah dan lebih murah dibandingkan memelihara itik," katanya.

Bersama istrinya, Ruhaiti, lulusan sekolah menengah pertama (SMP), mereka terus mendalami penangkaran belibis. Ruhaiti mengatakan, walaupun belibis termasuk hewan sensitif terhadap manusia, namun sebenarnya belibis termasuk hewan yang "tabah" dan tidak mudah stres. Belibis tidak rakus makanan dan usia kawinnya ketika berumur empat bulan.

"Belibis yang kami pelihara itu justru badannya lebih berbobot dan tubuhnya bersih, sementara belibis hasil tangkapan dari rawa pasti kurus dan kusam bulunya," kata Ruhaiti. Tiap hari dia memberi makan belibis-belibis tangkaran itu, tetapi tetap liar walaupun sudah berbulan-bulan dipeliharanya.

DARI modal 41 belibis itu, kini Faturahim bersama istrinya Ruhaiti sudah memiliki ribuan belibis. Setelah berumur sekitar empat bulan, belibis itu dijualnya ke warung di sekitarnya dengan harga Rp 12.500 sampai Rp 20.000 seekor.

Walaupun hanya melayani warung di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara, tetapi Faturahim sudah merasa kewalahan. Beberapa pembeli memang berasal dari kabupaten lain, seperti dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kota Banjarmasin, tetapi volume pembeliannya tidak sebanyak dari Hulu Sungai Utara sendiri.

Untuk mengatasi kekurangan pasokan belibis itu, Faturahim mengaku juga menerima belibis hasil tangkapan warga. Itik liar itu biasa ditangkap menggunakan jaring di kawasan rawa Kabupaten Hulu Sungai Utara, juga yang didatangkan dari Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

"Satu belibis saya beli dari penangkap Rp 8.000, kemudian saya jual Rp 10.000. Ongkos angkutan dari Kutai Kartanegara Rp 1 juta," kata Ahmad, salah seorang pedagang pengumpul yang menjual belibis ke Faturahim. Belibis tangkapan itu hanya bertahan tiga hari di rumah Faturahim, kemudian dijual lagi dengan harga Rp 12.500 per ekor.

Faturahim menyadari bahwa belibis tangkapan di alam tidak akan selamanya ada karena itu dia berharap bisa menangkarkan lebih banyak lagi. Hanya saja kini dia kesulitan mencari tempat.

Lokasi penangkaran di rumahnya dirasakan sudah tidak mungkin dikembangkan. "Kendala utamanya karena saya sudah tidak punya lokasi penangkaran memadai," kata Faturahim.
dari http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0408/26/ekora/1220614.htm

18 komentar:

Anonim mengatakan...

biasanya anak belibis yang baru menetas diberi makan apa mas??????

mr camay mengatakan...

Mas saya juga ingin menangkarkan burung belibis.....tapi di tempat saya susah mencari bibit/anak belibis

Unknown mengatakan...

pak..... saya berdomisili di jakarta. kalau mau cari burung belibis dimana ya ? saya mau belibis yang pejantan. klo boleh saya bisa di infokan di bb aya 7F05CD1E.Terima kasih sebelumnya.

Unknown mengatakan...

Berapa harga sepasang bibit belibis, dan bisa kirim sampai pontianak

Unknown mengatakan...

Berapa harga sepasang bibit belibis, dan bisa kirim sampai pontianak

Unknown mengatakan...

Berapa harga sepasang bibit belibis, dan bisa kirim sampai pontianak

Suhendar mengatakan...

Saya ingin membeli bibit belibis sepasang, saya di jakarta. Bisa?

Unknown mengatakan...

Ulun umapt batakun harga anakan belibis nya barapa bajual ?
Ulun orang amuntai zua tepatnya d talaga silaba

Unknown mengatakan...

Brp harga belibis/pasang tujuan makassar....bbm 5cadfe92

Unknown mengatakan...

Brp harga belibis/pasang tujuan makassar....bbm 5cadfe92

burung mengatakan...

burung belibis saya suka menangkapnya kok.. didaerah saya babyak

IKHSAN SPi mengatakan...

Yang minat belibis induk harga per ekor 600000 siap bertelur
Wa 089644025755

Unknown mengatakan...

Info dmna yg jual belibis harga bisa di
jangkau

Unknown mengatakan...

Mas alamat nya di mna sya mu beli anakan burung belibis boleh infoin ke sya makasih

Unknown mengatakan...

Mencari anakannya aja klo ada yang murah

Unknown mengatakan...

Klo mau bisnis daging belibis ada ngga yg bisa masokin.

Unknown mengatakan...

Masih ada g bos burung belibisnya

Unknown mengatakan...

Masih ada g bos burung belibisnya